Untuk upaya memastikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk pad...
PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) yang terus menunjukkan tren positif pada kinerjanya, mem...
Dalam upaya untuk memastikan keberhasilan commissioning pabrik baru yang sedang dibangun...
RUPS - PT Surya Biru Murni Acetylene, Tbk. (“SBMA”) telah melakukan ...
Kinerja - PT Surya Biru Murni Acetylene, Tbk. (“SBMA”) telah melapor...
PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) menggelar paparan publik (Public Expose) tahunan pada Senin, 7 November 2022. Public Expose ini dihadiri oleh seluruh Dewan Direktur SBMA yaitu Rini Dwiyanti selaku Direktur Utama, Welly Sumanteri selaku Wakil Direktur Utama, Iwan Sanyoto selaku Direktur Operasional dan Cintia Kasmiranti selaku Direktur Keuangan dan Administrasi dan Corporate Secretary. SBMA memproyeksikan angka penjualan tahun 2023 akan mencapai Rp123 miliar, dengan target angka penjualan hingga akhir tahun 2022 diperkirakan akan segera terealisasi mencapai menjadi Rp98 miliar.
Target tersebut lebih tinggi 25% dibandingkan dengan capaian perkiraan penjualan hingga akhir tahun ini yang diprediksi akan mencapai Rp98 miliar. Ibu Rini Dwiyanti, menambahkan target angka penjualan terbilang masih konservatif mengingat kinerja kuartal ke-III SBMA telah memberikan hasil yang memuaskan.
SBMA pada kuartal III 2022 membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 73,42 miliar atau meningkat 19,58% year on year (YoY) dibandingkan pendapatan usaha SBMA per kuartal III-2021 sebesar Rp61,40 miliar.
"Adapun target 2023 masih akan ditopang dengan ASP Development Project atau ADP yang merupakan proyek pengembangan Pabrik dengan unit Air Separation Plant (ASP). Target kami utamanya untuk meningkatkan produksi oxygen dan nitrogen hingga 5x lipat," ujar Rini. “Proyek ini diperkirakan akan menghabiskan dana sebesar Rp39 miliar dimana sebesar Rp18 Miliar akan diambil dari sisa dana IPO Perseroan. Rini menambahkan saat ini civil work telah berjalan dan kami telah menerima beberapa sparepart dari China serta cooling tower kami sudah terpasang.”ulasnya. Ibu Cintia Kasmiranti menambahkan, hingga saat ini belanja modal (capex) untuk ekspansi itu telah terserap 70%. Sisa 30% akan direalisasikan pada Januari 2023. Adapun ADP dijadwalkan commisioning pada Januari 2023, dengan pengoperasian secara bertahap hingga lima tahun ke depan untuk menjaga efisiensi dan efektivitas mesin. Strategi ini akan ikut menopang target pendapatan SBMA dalam beberapa tahun ke depan.
Bapak Welly Sumanteri mengungkapkan bahwa prospek bisnis ke depan masih terbuka lantaran gas industri dibutuhkan pada semua bidang. Termasuk untuk investasi industri baru yang akan berkembang di Kalimantan dan sekitarnya. "Kami support untuk semua bidang. Banyak potensi pabrik seperti semen, kertas, refinery yang sangat butuh oksigen. Gas kami tidak sulit untuk blending ke industri baru yang potensial ke depan," ungkapnya.
Dengan pasar yang terdiversifikasi, Iwan menyebut prospek bisnis SBMA lebih terjaga lantaran penurunan harga komoditas atau gejolak pada industri tertentu tidak akan berdampak signifikan. Dia mencontohkan saat terjadi transisi energi dari bahan bakar berbasis fosil ke kendaraan listrik, gas industri SBMA juga tetap dibutuhkan dalam pembangunan smelter hingga pabrik baterai. Bahkan, SBMA pun bisa mencuil peluang dari kebutuhan gas saat pembangunan proyek Ibu Kota Negara berjalan. "Gas industri ini bisa dipakai kemana pun. Ketika ada transisi energi, mereka perlu penambahan infrastruktur, dan gas pasti dibutuhkan,"pungkasnya.
Dengan ini SBMA yakin untuk tahun 2023 akan menjadi langkah besar kedepan dengan ASP baru untuk mengembangkan bisnis yang jauh lebih luas dan sesuai visi perusahaan yaitu menjadi perusahaan gas industri terkemuka di Kalimantan dan selanjutnya Indonesia.
SBM BISA BISA BISA!!!